Thursday, December 12, 2013

Terbukti! Memudahkan Orang Lain, Dimudahkan Allah


 
"Mbok yo kamu itu fokus sama skripsimu, Nur" kata salah seorang teman yang melihat saya datang dari rumah ustadz untuk menemani anaknya belajar. 
"Insya Allah dengan memudahkan urusan orang lain, Allah akan memudahkan urusan kita, Mbak" jawab saya waktu itu. Entah dari mana jawaban itu datang. Saya sedikit ingat tentang kata ustadz "Barang siapa yang memudahkan urusan orang lain maka Allah akan memudahkan urusan kita" yang ternyata itu ada dalam hadits Arbain Nawawi nomor 36. Lengkapnya: Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, Nabi shallallahu' alaii wasallam bersabda: "Barang siapa yang melepaskan satu kesusahan seorang mukmin, pasti Allah akan melepaskan darinya satu kesusahan di hari kiamat. Barang siapa yang membuat mudah urusan orang lain, pasti Allah akan memudahkannya di dunia dan di akhirat. Barang siapa yang menutupi aib seorang muslim, pasti Allah akan menutupi aibnya di dunia dan di akhirat. Allah senantiasa menolong hambaNya selama hambaNya itu suka menolong saudaranya ". (HR. Muslim) Hadits ini kemudian saya jadikan prinsip saya selama mengerjakan skripsi saya. Tak ada alasan untuk tidak memenuhi hak orang lain hanya dengan alasan skripsi, tidak ada alasan tidak bisa ketika ada yang membutuhkan kita, lantaran kita sibuk mengerjakan skripsi. Saya masih ingat waktu itu saya yang hampir putus asa untuk mengejar tes priode ini, namun kemudian perlahan fasilitas itu datang. Padahal waktu itu deadline tes kurang dua minggu, sementara saya belum tes TOEFL yang harus memenuhi skor 400. Padahal bahasa Inggris saya sangat kacau. Namun itulah kekuatan Allah.Fasilitas itu datang. Bahkan saat teman satu dosen pembimbing bimbingan hampir satu jam, sementara saya langsung di ACC begitu saja. Saya waktu itu sampai tercengang. Namun itulah kenyataannya. Dan saya masih ingat betul waktu sehari sebelum ujian pendadaran santri saya ada yang meninggal. Dan malamnya jam setengah sebelas setelah printer dan laptop saya ngadat saya harus membawa santri saya ke rumah sakit yang membuat saya harus menunda belajar. Kemudian esoknya saya harus ngurusin snack teman yang akan uijan juga. Tapi apa saudaraku? Saya termasuk tes paling cepat diantara teman-teman. Kurang dari 25 menit. Dosen hanya tanya beberapa saja. Tak ada bantai-membantai seperti yang saya bayangkan. Yaah meskipun saya ndak bisa mendapatkan nilai A bulat. Dan ini menjadi pelajaran berharga buat saya, bagaimana ketika kita memudahkan urusan saudara kita di dunia maka Allah akan memudahkan urusan kita di dunia dan akhirat. Sesibuk apapun jangan segan untuk membantu saudara kita, karena kita ndak tahu apa yang akan terjadi pada diri kita nanti bahkan esok hari. WaAllahu a'lam bish shawab.

Wednesday, December 11, 2013

Man Jadda Wa Jada (barangsiapa yang bersungguh-sungguh, maka pasti akan berhasil)

Man Jadda Wa Jada , sebuah ungkapan yang mulai sering terdengar dalam kehidupan kita. Sepenggal mantra sakti yang memiliki makna yang kuat dan mampu memberikan semangat dalam kehidupan kita. "Siapa yang bersungguh-sungguh, akan berhasil", begitulah arti ungkapan Arab ini. Man Jadda Wa Jada ini memanglah bukan hadits, tetapi sangatlah sesuai dan selaras dengan sunnatullah. Sebuah ketetapan yang mengisyaratkan manusia bahwa Allah tidak akan merubah nasib suatu kaum selama kaum tersebut tidak berusaha merubahnya sendiri.
Kata kunci dalam pepatah ini adalah jadda atau bersungguh-sungguh.
Jadi, sejauh mana Anda sudah mengaplikasikan pepatah ini adalah sejauh mana Anda bersungguh-sungguh.
Mengukur Man Jadda Wa Jada Pada Diri Anda
Silahkan Anda periksa pertanyaan berikut dan jawablah dalam hati Anda. Silahkan Anda ukur diri Anda tanpa dalih tanpa alasan (jika bersungguh-sungguh ingin maju).
  • Sudahkah Anda sungguh-sungguh melihat peluang. Coba lihat catatan Anda, sudah seberapa banyak potensi peluang yang Anda catat?

  • Seberapa dalam Anda meneliti sebuah ide ?

  • Seberapa banyak ide-ide yang sudah Anda lakukan?

  • Sudah berapa kali Anda gagal dan bangkit lagi mencoba?

  • Seberapa keras Anda mencari solusi masalah Anda?

  • dan sebagainya.
Man Jadda Wa Jada Belum Membumi Jika Masih Berdalih
Jika Anda masih suka mengatakan "tapi" sebagai dalih tidak berusaha, artinya Anda belum bersungguh-sungguh. Mungkin dalih Anda benar, tetapi tetap saja Anda tidak meraih apa yang Anda inginkan.
Jika Anda memang bersungguh-sungguh, akan selalu ada jalan untuk mencapai apa yang Anda inginkan. Akan selalu ada jalan untuk menyelesaikan masalah Anda.Potensi pikiran, hati, dan tubuh Anda sudah cukup untuk mengatasi masalah Anda.Sebesar apa pun masalah Anda. Begitu juga potensi Anda cukup untuk meraih prestasi tertinggi yang bisa dicapai manusia. Semua orang memiliki potensi yang sama, yang berbeda ialah sejauh mana kita menggunakan potensi tersebut. Sejauh mana kita membumikan man jadda wa jada dalam hidup Anda.
Cara Membumikan Man Jadda Wa Jada
Langkah selanjutnya adalah kita harus membumikan Man Jadda Wa Jada, bukan hanya pepatah penghias dinding, tetapi harus menjadi bagian dari kehidupan kita.
  1. Jika Anda bersungguh-sungguh, maka Anda akan mengalahkan rasa malas yang menghambat Anda untuk bertindak.

  2. Jika Anda bersungguh-sungguh, maka Anda akan menemukan cara mengatasi rintangan dan halangan yang ada di depan Anda.

  3. Jika Anda bersungguh-sungguh, maka Anda akan berusaha melengkapi apa yang menjadi kekurangan Anda untuk meraih tujuan besar Anda.

  4. Jika Anda bersungguh-sungguh, maka Anda akan belajar jika Anda belum bisa melakukan sesuatu yang diperlukan untuk meraih sukses .

  5. Jika Anda bersungguh-sungguh, maka Anda tidak akan mudah berhenti, terus berpikir kreatif, mencoba dan mencoba sampai Anda menemukan jalan yang tepat.
Jika Anda bersungguh-sungguh, maka Anda tidak akan kalah dengan alasan, justru akan berusaha mengatasi alasan tersebut.
Sudah menjadi fitrah insaniyah, bahwa setiap kita sesungguhnya sedang berproses untuk menjadi lebih baik. Yang harus kita lakukan dan usahakan hanya bersungguh-sungguh untuk itu. Membuat prioritas hidup dengan hanya melakukan hal-hal yang bisa mendatangkan manfaat bagi kehidupan.
Berhentilah melihat hasil. Karna kita tidak dituntut untuk itu, selain dari apa yang kita usahakan. Nilai seseorang dihadapan Rabb-nya adalah dari apa yang diusahakannya.Pilihan aktifitas hidup apa yang dibuatnya. Seberapa besar usaha yang dilakukannya.Seberapa banyak bisa mendatangkan manfaat bagi orang lain. Dikatakan bernilai ketika dia melakukan hal-hal yang bisa mendatangkan manfaat dan menghindarkannya dari keburukan. Melakukan amal kebaikan dan menjauhkan diri dari perilaku tercela.Memilih mentaati Rabb-nya dan menghindarkan diri melakukan hal-hal yang bisa mendatangkan murka-Nya. Memperbanyak mensyukuri nikmat-nikmat-Nya dan berhenti mengeluhkan apa yang tidak didapatkannya. Apa yang kita peroleh berbanding lurus dengan apa yang kita usahakan. Tidak akan tertukar dengan yang lain dan pindah ke yang lain. Yakinlah, bahwa piala hanya akan diberikan kepada mereka yang berhak mendapatkannya. Dan Anda bisa menjadi salah satunya.
Rabb yang mampu meninggikan langit, menghamparkan bumi dan mencukupi seluruh makhluq yang menghuni dintara keduanya, sungguh maha mampu mencukupi mulut manusia yang hanya beberapa senti ini. Jika kita merasa, Dia tidak mencukupi kebutuhan kita, maka yang sesungguhnya adalah kitalah yang tidak mengetahui apa yang kita butuhkan. Inilah tabiat manusia. Bahkan jika Allah memberinya 2 lembah emas, dia akan memintanya 1 lembah lagi. Begitu seterusnya ... "Sesunguhnya Allah mendindingi manusia dan hatinya, dan hanya kepada-Nyalah kita akan dikembalikan".
Isi Waktu Luang Dengan Berbuat!
Orang-orang yang banyak menganggur dalam hidup ini, biasanya akan menjadi penebar isu dan desas desus yang tak bermanfaat. Itu karena akal pikiran mereka selalu melayangdayang tak tahu arah. Dan, {Mereka rela berada bersama orang-orang yang tidak pergi berperang.} (QS. At-Taubah: 87)
Saat paling berbahaya bagi akal adalah manakala pemiliknya menganggur dan tak berbuat apa-apa. Orang seperti itu, ibarat mobil yang berjalan dengan kecepatan tinggi tanpa sopir, akan mudah oleng ke kanan dan ke kiri. Bila pada suatu hari Anda mendapatkan diri Anda menganggur tanpa kegiatan, bersiaplah untuk bersedih, gundah, dan cemas! Sebab, dalam
kondisi kosong itulah pikiran Anda akan menerawang ke mana-mana;
mulai dari mengingat kegelapan masa lalu, menyesali kesialan masa kini,
hingga mencemaskan kelamnya masa depan yang belum tentu Anda alami.
Dan itu, membuat akal pikiran Anda tak terkendali dan mudah lepas kontrol.
Karena itu bangkitlah sekarang juga. Kerjakan shalat, baca buku,
bertasbih, mengkaji, menulis, merapikan meja kerja, merapikan kamar, atau
berbuatlah sesuatu yang bermanfaat bagi orang lain untuk mengusir kekosongan itu!Ini, karena janganlah berhenti sejenak pun dari melakukan sesuatu yang bermanfaat.
"Seseorang bisa saja mengatakan," Saya telah menemukan kebahagiaan sejati setelah bergelimang dengan harta kekayaan yang saya miliki. Saya sudah puas dengan hasil keringat saya. "Atau seorang pejabat bergaji tinggi bisa saja bertutur bahwa dengan posisinya yang 'basah' ia akan berkesempatan merasakan kenikmatan hidup. Atau mungkin saja seorang bintang film bercerita bahwa ia merasakan kedamaian dalam hidup setelah duit tak pernah berhenti mengalir ke sakunya.
Tetapi tidak mungkinkah di balik pernyataan itu ada terselubung perasaan cemas, khawatir dan gelisah, ibarat awan hitam yang menutupi wajah rembulan?
Kegelisahan, kecemasan, ketidakteteraman, adalah 'pekerjaan harian' bagi manusia, kecuali mereka yang telah menemukan jalan yang benar. Rasa cemas itu bisa menyangkut urusan yang kecil-kecil maupun yang besar-besar. Bahkan banyak orang yang sekadar menginginkan seorang gadis lalu tidak kesampaian, bisa memilih bunuh diri saking stresnya. Tidak sedikit pula yang mengamuk hanya karena persoalan uang seribu rupiah.
Bagi yang telah mengenal hakikat hidup, hal-hal sepele seperti itu tidak perlu membuatnya hilang akal. Allah swt jauh-jauh sebelumnya telah menurunkan obat penawar kegelisahan dan kecemasan ini dengan agama. Melalui agama (Islam) ini, Allah memperkenalkan diri-Nya bahwa Dialah yang Maha Kuasa, Maha Sempurna dan Maha Ahad. Pengetahuannya meliputi segala yang telah lalu, kini dan esok.Penglihatan-Nya jauh di atas menembus ruang dan waktu. Melalui pendekatan kepada kekuasaan-Nya ini sebenarnya sudah berarti obat. Dijamin manusia tidak akan gelisah selamanya.
Islam memperkenalkan cara pandang yang jauh lebih luas tentang kehidupan. Bahwa hidup ini bukan sekadar pulang-balik dari rumah ke tempat kerja, sampai rumah lalu tidur, besok berangkat lagi, kawin, punya anak. Hidup ini indah dan penuh dimensi, yang terdiri dari beberapa babak. Babak akhir nanti bergantung pada kesuksesan menapaki hidup pada babak sekarang ini. Konsep seperti ini akan menuntut seseorang untuk mengontrol dirinya secara mandiri, dan membimbing untuk tidak segera putus asa menghadapi persoalan.
Terapi shalat
Kaum muslimin tidak perlu ikut-ikutan orang lain untuk mencari ketenangan hidup dengan melakukan meditasi segala macam. Seperti diketahui, belakangan ini bermunculan kelompok meditasi di berbagai kota. Bahkan dua di antaranya, yang mengaku berasal dari India dan kini membuka cabang di Jakarta, mengklaim telah memiliki lebih 8.000 cabang di 58 negara. Tujuan organisasi ini tidak lain adalah untuk menjaring para eksekutif yang kini makin banyak ditimpa penyakit modern: stres dan gelisah.
Sungguh sangat disayangkan kalau ada kaum muslimin yang tertarik pada pengaturan pengobatan yang seperti ini. Sebab secara syar'i bukan saja telah terjadi pelanggaran, karena bercampurnya pria dan perempuan dalam satu ruang tanpa aturan yang jelas, tetapi juga ada sebuah gambar ka'bah dan dua kaligrafi bertuliskan Allah dan Muhammad yang dihimpit dua simbol agama lain.
Sebenarnya shalat jauh menawarkan terapi yang lebih efektif dan ampuh untuk penyakit-penyakit gelisah seperti itu. Tentunya ketika shalat yang ada ditegakkan dengan cara yang baik dan khusyu '. Sayangnya yang kita lakukan selama ini shalat bukan hanya dianggap sebagai suatu kewajiban, tapi terkadang sebagai beban.Padahal teori pengobatan berkata, apabila kita yakin, maka sebagian dari penyakit itu telah disembuhkan.
Shalat bahkan bukan hanya akan memberikan kesembuhan terhadap beben-beban ruhani akibat lelahnya menghadapi pertarungan hidup, tapi juga akan memberikan kemenangan, di dunia dan di akhirat. Orang yang shalatnya benar, tidak malah gelisah setelah shalat, akan tetapi ada perasaan lega dan tenteram karena baru saja bertemu dengan Allah, Penguasa Segala Sesuatu. Bertemu kepada Dzat yang menciptakan segala sesuatu di alam ini, termasuk jalan yang terbaik untuk hamba-Nya. Orang yang ketika menghadapi Tuhan memiliki perasaan perbudakan seperti ini akan enteng hidupnya. Shalat akan dijadikan sebagai media untuk memohon bimbingan dan petunjuk agar tidak keliru dalam meniti kehidupan. Hidup ini dipasrahkan kepada-Nya, tawakkal.
Meraih cinta-Nya
Untuk mendapatkan cinta tentu membutuhkan perjuangan dan pengorbanan. Begitu juga untuk dapat meraih cinta dari Allah swt, kita dituntut berkorban. In tanshurullaha yanshurkum, kata Allah, bila kamu menolong agama Allah, maka Allah akan menolongmu. Menolong, bila yang melakukan adalah Allah, maka dapat diartikan dengan selesainya segala urusan yang ditolong. Ini adalah kunci kehidupan itu sendiri.
Manusia yang meyakini Islam sebagai jalan hidup satu-satunya berarti sudah memilih tauhid yang benar. Berarti ia akan cenderung mengenal Allah lebih dekat, sehingga menimbulkan perasaan cinta kepada-Nya. Kalau sudah tumbuh cinta maka ia akan memandang Allah sebagai Sumber segala hidup, Sumber kesempurnaan, Sumber segala rahmat, serta percaya bahwa Dia dekat dengannya setiap saat. Temali batinpun akan berbicara, ke mana pun juga pergi akan ada 'benang' kontrol yang menghubungkan dengan Dia. Keyakinan dan kesadaran seperti ini selain memberikan nuansa yang indah juga plus menciptakan kekuatan baru untuk melangkah menapaki hidup.
Mungkin pertanyaan yang menggelitik akan mun cul, menggoda pikiran kita, "Bagaimana sesungguhnya kita dapat berhubungan akrab dengan Tuhan dan sejauh mana kita mengetahui bahwa kita telah dekat kepada-Nya?"
Allah swt berfirman, "Dan apabila hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka sesungguhnya Aku dekat, Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia berdoa kepadaKu." (QS. Al-Baqarah: 186)
Makin kuat keyakinan dan kesadaran kita akan dekatnya Allah maka makin tenteram pula hati ini dan makin besar kebahagiaan yang dicapai. Oleh karena itu dalam al-Qur'an disebutkan, alaa bidzikrillahi tathmainnul-quluub, ingatlah sesungguhnya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram.
Dzikir yang dilakukan terus-menerus akan membuat ruhani menjadi kuat, pribadi manusia akan memperolah kekuatan transenden yang luar biasa. Sebagai dampaknya hati akan selalu bahagia, tenteram dan memperoleh kedamaian abadi.
Kunci segalanya
Kekuatan apa lagi yang akan bisa menyaingi jika manusia telah menemukan Tuhannya? Kekuatan ini dapat menyingkirkan ila-ilah yang bertengger dalam pikiran manusia, dalam jiwanya. Tidak hanya itu, semua kekuatan, harta kekayaan, pangkat dan status, serta semua urusan dunia tidak banyak artinya di kala Allah telah menyatu dalam jiwa.
Inilah kunci dari segalanya. Mereka yang sudah merapatkan dirinya pada sandaran Sang Maha Kuasa, akan menghadapi kehidupan dengan serba mudah. Kesulitan yang ada bahkan dianggapnya sebagai kesyukuran. Karena dengan kesulitan itu akan mengurangi beban dosa dan kesalahannya. Kesulitan dan kesusahan hidup bukan dianggap sebagai musibah yang dapat menyeretnya kepada kekufuran, tapi justru sebagai cubitan peringatan agar kontrol komunikasinya dengan Tuhan tetap berjalan, tetap seimbang.
Inilah bentuk kecintaan dari Yang Maha Hakiki kepada hamban-Nya. Demonstrasi kecintaan itu diwujudkan dalam berbagai tindakan-Nya yang terkesan menyengsarakan dan menyulitkan si hamba. Padahal itulah cara yang paling baik dan pas untuk manusia. Musibah dan penderitaan-penderitaan digelar-Nya, yang bagi kebanyakan manusia lebih mudah mengantar kepada kesadaran dan keinsyafan.
Maka dapat ditarik kesimpulan bahwa kesungguhan merupakan kunci keberhasilan seseorang. Akan tetapi tidak hanya dengan itu saja, kedekatan dengan sang Khaliq pun itu sangat berpengaruh sekali. Artinya, antara kesungguhan seseorang dengan kedekatannya kepada sang Khaliq sangat terkait erat dengan keberhasilannya dalam meraih kesuksesan. Semoga tulisan ini bisa memberikan pencerahan kepada kita semua, tentunya bagi mereka yang sedang membutuhkan motivasi untuk lebih baik lagi dalam mengarungi romantika kehidupan ini.

SUMBER: http://lifestyle.kompasiana.com/catatan/2012/04/13/man-jadda-wa-jadda-454814.html

Monday, April 29, 2013

Tak berbatas pada umur orang tua

Ada tiga kewajiban anak terhadap orang tua setelah wafatnya; bayarkan hutangnya jika ada, jalin hubungan dengan sahabat dan keluarganya, dan mendoakannya.
09_24_09_4abb21094a7a1Sudah menjadi rahasia umum, bahwa jarang ada anak yang ‘tahan lama’ berbakti kepada orang tuanya setelah orang tuanya wafat.
Kata seorang kawan, paling banter cuma sampai 40 hari setelah kematian anak-anak akan ingat orang tuanya.
Setelah itu, lepas, seperti tidak pernah ada orang tua dalam kehidupannya.
Sementara kawan yang lain lagi berkata, diziarahi pun paling satu dua tahun saja setelah kematian.
Setelah itu, jangankan ditengok kuburannya, dikirimkan Fatihah (dibacakan doa) pun tidak.
Anak yang bakti, tak berbatas pada umur orang tua.
Setelah lepas pun seharusnya tetap berkhidmat.
Kata Rasul, khidmatnya anak kepada orang tua yang sudah meninggal itu ada tiga,
bayarkan hutangnya jika ada,
jalin hubungan dengan sahabat dan keluarga orang tua,
dan mendoakannya.
Dan ini adalah bakti yang harusnya tidak berhenti hanya pada hitungan 7 hari, 40 hari, seratus hari, satu dan dua tahun saja.
Selamanya, sepanjang sisa hidup kita.
Meskipun semua berasal dari Tuhan,
kita sama tahu, tanpa adanya orang tua, kita tidak akan lahir ke dunia ini.
Sebab orang tualah kita menjadi ada.
Masa kemudian kita melupakannya?
Apalagi bila kita mengingat perihnya mereka, deritanya mereka,
ketika kita masih dalam kandungan, ketika kita masih kecil, dan seterusnya.
Patut diperhatikan juga ungkapan berikut ini, sebagaimana perlakuan kita terhadap orang tua kita, begitu jugalah kelak kita akan diperlakukan oleh anak kita kelak.
Coba-coba saja durhaka kepada orang tua, maka kita akan didurhakai anak kita kelak. Mau?
Sebagaimana perlakuan kita kepada orang tua, begitu juga kelak kita akan diperlakukan.

SUMBER : http://yusufmansur.com/tak-berbatas-pada-umur-orang-tua/

Memoar UJE


Ustad-Jefri-Al-Buchori-Uje-Dai-Tenar-Yang-Penuh-Inspirasi
Innaa lillaah… Tlh brpulang Ust Jefry al Buchori atau yang lebih dikenal dengan Uje pada Jumat, 26/04/2013 Pukul 2 Dini Hari.
Ustadz Jeffry Al Buchori yg prnah jd Pecandu, meninggal insyaaAllah istimewa.
Berikut memoarnya… Yg ditulisnya sendiri. Semoga bermanfaat.

KECANDUAN KIAN PARAH

Suatu hari di tahun 1992, Apih meninggal karena sakit. Aku menyesal bukan main karena selama ini selalu mengabaikan nasihat Apih. Menjelang kepergiannya, aku berdiri di samping tempat tidurnya di rumah sakit sambil menangis.
Melihatku seperti itu, Apih mengatakan, laki-laki tak boleh menangis. Laki-laki pantang keluar air mata.
Bayangkan, bahkan di saat-saat terakhirnya pun Apih tetap menunjukkan sikapnya yang penuh kasih padaku yang durhaka ini.
Sore itu aku dimintanya pulang ke rumah dan beliau memberiku ongkos. Aku menurut. Begitu aku pulang, Allah mengambilnya.
Aku syok berat.
Saat Apih dimakamkan, aku turun ke liang lahat dan memeluk jasadnya. Aku tak mau beranjak meski makam akan ditutup. Aku tak mau melepas kepergiannya. Aku menyesali perbuatanku.
Selama Apih masih hidup, aku tak pernah mau mendengarkan ucapannya.
Sejak itu, Umi membesarkan kami berlima. Hidupku terus berjalan. Bukan ke arah yang baik, namun aku kembali ke masa seperti dulu.
Penyesalan yang sebelumnya begitu menghantuiku karena ditinggal Apih, seolah lenyap. Kebandelanku bahkan makin menjadi sepeninggal Apih. Kesombonganku juga lebih besar dari sebelumnya karena merasa berprestasi dan punya uang banyak. Tak seorang pun kudengarkan lagi nasihatnya.
Ketika temanku menasihati, aku mencibir. Siapa dia sampai aku harus mendengarkan ucapannya? Ucapan orang tua saja tak kugubris.
125529_narkoba460Aku tenggelam dalam duniaku sendiri dan jadi pecandu narkoba.
Waktu itu, aku beralasan karena ada masalah di rumah. Padahal, sebetulnya alasan apa pun, termasuk broken home atau teman, tidak bisa dijadikan alasan. Diri sendirilah alasannya, karena bagaimana pun, kita lah yang menentukan semua yang terjadi pada diri kita.
Jadi, tidak perlu membawa-bawa orang lain atau keadaan.
Namun, kesadaran seperti ini mana mungkin muncul pada diriku yang waktu itu sangat arogan? Aku makin jauh dari Tuhan. Padahal, sebelah rumahku ada masjid. Ketika orang berpuasa di bulan Ramadan pun, aku tetap melakukan kemaksiatan. Lalu, saat Lebaran tiba dan orang-orang sibuk bertakbir, aku malah sibuk mencari celah waktu dan tempat di mana aku bisa berbuat maksiat.
Semua ilmu agama yang pernah kupelajari dan kemampuan membaca Quran seperti hilang. Akal sehatku seperti hilang. Kecanduanku pada narkoba juga makin parah, bahkan sampai mengalami over dosis dan aku hampir mati. Kejahatan demi kejahatan moral terus kulakukan.

HIDUP DI JALAN ALLAH

Pelan-pelan, aku kembali dekat pada agama. Perubahan besar terjadi dalam hidupku pada tahun 2000.
Kala itu, Fathul Hayat, kakak keduaku yang setengah tahun silam meninggal karena kanker otak, memintaku menggantikannya memberi khotbah Jumat di Mangga Dua. Pada waktu bersamaan, dia diminta menjadi imam di Singapura.
HdJvHnb1sjFathul memang seorang pendakwah. Selama dia di Singapura, semua jadwal ceramahnya diberikan padaku. Pertama kali ceramah, aku mendapat honor Rp 35 ribu. Uang dalam amplop itu kuserahkan pada Pipik. Kukatakan padanya, ini uang halal pertama yang bisa kuberikan padanya. Kami berpelukan sambil bertangisan.
Selanjutnya, kakakku memintaku untuk mulai menjadi ustaz. Inilah jalan hidup yang kemudian kupilih. Betapa indah hidup di jalan Allah.
Aku mulai berceramah dan diundang ke acara seminar narkoba di berbagai tempat.
Namun, perjuanganku tak semudah membalik telapak tangan. Tak semua orang mau mendengarkan ceramahku karena aku mantan pemakai narkoba. Tapi aku mencoba sabar.
Alhamdulillah, makin lama ceramahku makin bisa diterima banyak orang. Bahkan sekarang, aku banyak diundang untuk ceramah di mana-mana, termasuk di luar kota dan stasiun teve. Aku bersyukur bisa diterima semua kalangan. Aku pun ingin berdakwah untuk siapa saja. Aku ingin punya majelis taklim yang jemaahnya waria. Mereka, kan, juga punya hak untuk mendapatkan dakwah.
Kebahagiaan kami bertambah ketika tahun 2000 itu, lahir anak pertama kami, Adiba Kanza Az-Zahra. Dua tahun kemudian, anak kedua Mohammad Abidzan Algifari juga hadir di tengah kami.
e0107d1beda8aaf06ba3cfc67fd49615Mereka, juga istriku, adalah inspirasi dan kekuatan dakwahku. Kehidupan kami makin lengkap rasanya.
Sampai sekarang, aku masih terus berproses berusaha menjadi orang yang lebih baik.
Semoga, kisahku ini bisa jadi bahan pertimbangan yang baik untuk menjalani hidup.
Pesanku, cintailah Tuhan dan orangtuamu, serta pilihlah teman yang baik.
Catatan dari saya (Yusuf Mansur), bi-idznillaah …
Tambahan ini, adalah terjemahan bebas dari Qs. Al Furqoon, ayat 21-29. Baiknya, liat lengkap lsg di al Qur’an +terjemahannya, +surah Qoof, al Qomar, dan juz 29-30, u/ menghidupkan hati. Jgn lupa, doa, mendoakan, &minta doa):
“Dan orang2 yg tdk mengharapkan prtemuan dg Kami (di akhirat) brkata: Mengapa bukan para malaikat yg diturunkan kpd qt (Jgn ngirimkan Rasul). Atau mengapa qt tdk mlihat Tuhan qt? Sungguh, mrk tlh menyombongkan diri mrk&bnr2 tlh melampaui batas (dlm melakukan kesalahan, maksiat, dosa, kezaliman, kesalahan).
(Ingatlah) pd hr (ktika) mrk (bnr2) mlihat para malaikat (di hari akhir), pd hr itu tdk ada kbr gmbira bg orang2 yg brdosa & mrk brkata: hijram mahjuuraa (ucapan yg diucapkan orang Arab ktika menemui musuh yg tdk dpt lg dielakkan, atau ktika akan ditimpa bencana yg tdk dpt dihindari. Ungkapan ini jg brarti: semoga Allah mnghindarkan bahaya ini dari saya (tp udah prcuma, sbb diucapkannya di hr akhir).
Dan Kami akan prlihatkan sgl amal yg mrk krjakan, lalu Kami akan jadikan amal itu (bagaikan) debu yg beterbangan.
Penghuni2 surga pd hr itu paling baik tmpt tinggalnya & paling indah tmpt istirahatnya.
Dan (ingatlah) pd hr (ketika) langit pecah, mengeluarkan kabut putih, &para malaikat diturunkan gelombang bergelombang (diturunkan besar2an).
Kerajaan yg mutlak pd hr itu adlh milik Allah Yg Mh Pengasih. Dan itulah hr yg sulit bg orang2 kafir.
Dan (ingatlah) pd hr (ketika) orang2 zalim menggigit 2 jarinya (menyesali perbuatannya) seraya brkata, “Wahai sekiranya (dulu) aku mengambil jln brsm Rasul.
Wahai celaka aku! Coba (dulu) aku tdk mnjadikan si Fulan itu teman akrabku (bs jg diartikan: syetan).
Sungguh, tmnku (atau bs dimaksudkan: syetan) tlh mnyesatkan aku dari pringatan (al Qur’an) ktika (al Qur’an) itu tlh dtg kpdku. Dan syetan mmng pengkhianat manusia.
(Qs. Al Furqoon: 21-29).